Senin, 07 Mei 2012

Curug Genting yang perawan

Inilah air terjun yang masih menyimpan banyak misteri. Air terjun atau yang biasa disebut curug ini memiliki ketingian lebih dari 200 meter dari dasar dan berada di tengah badan gunung Prau persis.Konon air yang turun dari curug ini langsung masuk ke tanah tanpa melewati permukaan alias gak ada sungai di bawahnya, tapi jauh di bawahnya memang terdapat curug lagi yang lumayan terkenal dikalangan penikmat lokal, yaitu Curug Terong. makanya, ketika para pendaki yang melewati jalur Balong dan mendengar ada suara gemuruh air di sebelah kanan jalur, ya ini. Karena perjalanan ke puncak biasanya dilakukan pada malam hari, jadi curug ini jarang diketahui. Posisi yang paling jelas untuk mengamati curug tersebut adalah di bibir jurang sekitar POS I sampai POS II jalur Balong/Bringinsari. Ketika anda menghadap ke kanan(dari arah bawah) maka akan terlihat 3 air terjun dengan ketinggian yang hampir sama dan airnya terlihat seperti dimuntahkan dari dinding tebing di tengah gunung persis. Tapi sebenarnya masih ada lagi air terjun di atasnya. Posisi air terjun yang paling atas hampir mendekati puncak, cuman rute menuju curug tersebut belum ketemu sampai sekarang, dan memang diharapkan gak perlu ditemukan biarlah menjadi tempat yang benar-benar perawan. Karena kawasan hutan gunung ini merupakan habitat berbagai macam satwa liar yang tinggal beberapa saja, jadi alangkah baiknya kalau kita menyisakan tempat-tempat yang semacam ini untuk tetap terjaga keasrianya dan tanpa eksplorasi terlalu jauh.

Puncak dan Isinya (1)

gambar.1
edellweissh 
Bagi sebagian besar pendaki atau pecinta alam, bunga abadi atau edellweissh atau dalam bahasa latin anaphalish javanica merupakan maskot yang paling populer. Memang keindahanya tidak diragukan lagi juga mempertimbangkan gelar yang diterimanya, bunga abadi memang (harusnya) abadi. Nah, jika anda berada di puncak Gunung Prau, selain anda menemukan edellweissh, jangan kaget kalau ternyata tanpa tukang kebun yang bersertifikasipun bunga-bunga di sini terlihat apik dan tertata rapi menyebar di sebagian besar bagian puncak gunung.



Di musim penghujan bunga-bunga ini akan tampak sangat indah dan warna yang tertampil lebih bervariasi. salah satu contoh pada gambar.1 adalah bunga yang berhasil mekar di sepanjang musim penghujan.

photo : musveropala
Tapi meskipun kemarau panjang, kawasan puncak masih menyimpan properti alam yang menawan, mulai dari bunga-bunga tadi yang masih bertahan, pohon cemara yang tersisa meski sebagian besar dulu pernah terbakar, juga bentuk bukit-bukit yang menyebar memenuhi jarak pandang penikmat alam masih bisa kita nikmati dengan gratis.
photo: musveropala

Kawasan puncak ini sudah mendapat julukan yang pantas, yaitu Puncak Teletubies. Ya, teletubies adalah tayangan anak-anak jaman kemaren yang di situ sangat akrab sekali dengan tempat bermain para teletubies berupa bukit-bukit indah dengan dihiasi berbagai macam bunga. Seperti itulah gambaran orang-orang jaman kemaren memberikan istilah pada puncak gunung ini, mungkin, karena untuk mencari alasan lain mustahil kayaknya kan?.

photo: musveropala
Puncak Teletubies bisa anda temukan setelah menempuh perjalanan sekitar 2 sampai 3 jam kalau mendaki lewat jalur Dieng, atau 4 sampai 8 jam kalau anda lebih memilih mendaki lewat jalur yang sesungguhnya. Perlu kita ingat, kebanyakan orang mengenal gunung ini lebih ke sisi selatan yang di dominasi kawasan pertanian dan lereng tandus. Sedangkan pada sisi utara yang terdapat di wilayah Kabupaten Kendal ataupun Batang masih sedikit yang mengenal, dan tentunya keasrianya cukup terjaga meskipun di ambang kerusakan.
photo: musveropala

Bentang savana memanjang dari selatan ke utara yang mencapai panjang sekitar 2 km lebih menjadikan kawasan puncak Prau sebagai salah satu pemegang nominasi gunung-gunung yang memiliki puncak terluas di Jawa. Ditambah keindahan bukit teletubies dengan landscape keberbagai arahnya yang tak kalah menariknya dengan gunung lain.


Kita bisa mendapati keutuhan dataran tinggi Dieng mulai dari kawah, candi, lahan pertanian, gunung-gunung di sekitarnya bahkan sampai jalanan di Dieng pun bisa kita lihat dari puncak ini. Sedangkan jika kita melirik sedikit ke barat, jauh ke belakang kawasan Dieng, Gunung Slamet, Ciremai, dan pegunungan di dataran tinggi Kabupaten Pekalongan juga akan terlihat. Ke arah utara kita bisa menangkap gambar utuh dari pantai utara sampai kota-kota di kawasan pantura Kabupaten Kendal dan Batang, dengan catatan cuaca cerah. Sedikit bergeser ke timur, Gunung Muria, Ungaran, bahkan Lawu sekalipun bisa kita lihat. Selanjutnya deretan gunung di Jawa Tengah bagian selatan seperti Merbabu, Merapi, Sumbing, Sindoro menjadi suguhan istimewa saat pagi hari ketika pasukan cahaya merangkak perlahan di sisip-sisip awan menciptakan satu gambar yang tak bisa di hargai dengan uang. tapi tergantung cuaca juga, kalau pas mendung ya mungkin hanya pucuk-pucuk gunungnya saja yang terlihat.
photo: musveropala
photo: musveropala
photo: musveropala
photo: musveropala

Perhatikan, Kunjungi, Lihat Permasalahanya, Dan lakukan tindakan



Sekarang semakin marak info-info tentang kegiatan petualangan di alam bebas, terutama pendakian gunung. Bagi sebagian besar orang mungkin akan menganggap bahwa itu akan berdampak positif bagi alam tersebut, namun  tidak bagi alamnya sendiri, tidak semuanya positif.

Munculnya berbagai organisasi atau sekedar sekelompok orang yang mengatas namakan sebagai pecinta alam kini sudah semakin liar. Pasalnya, di antara kelompok tersebut banyak yang kurang memperhatikan kode etik sebagai pecinta alam. Di sini kami menyebutnya kelompok liar, karena memang liar.

Ketika ada yang berikrar tidak akan atau "Dilarang meninggalkan sesuatu kecuali jejak", nyatanya sampah ada di mana-mana. Tidak dipungkiri lagi, pasti dalam setiap event bakal menyisakan sampah. Dan kesadaran akan dampak sampah terhadap lingkungan atau dalam hal ini gunung, sepertinya masih minim sekali dimiliki oleh para pecinta alam (liar) tersebut. Juga tentang pemasangan tanda jalur yang seakan dimaklumi, padahal juga tetap menyampah. terlebih yang menggunakan paku untuk pemasanganya di pohon. Itu kan jelas merusak iya kan????




Ada etika yang "Dilarang membunuh sesuatu kecuali waktu" nyatanya tidak sedikit kelompok-kelompok (liar) yang memotong batang pohon hanya sekedar untuk tiang tenda atau tongkat, atau yang lebih sering lagi untuk kayu bakar. Eh, ternyata masih banyak juga ditemui di antara mereka yang memburu binatang liar di gunung dengan dalih untuk dimakan karena kekurangan bahan makanan. Kalau hanya sekedar untuk makan kayaknya itu sangat naif sekali, toh kalau gak punya uang untuk beli bekal pendakian mending bobok manis di rumah aja. Ada lagi yang paling ngetrend, adalah budaya sok menaklukan dari para kelompok-kelompok tersebut. Nama mereka tertulis di batang-batang pohon, hayo pada ngaku ngggak? kami punya banyak bukti untuk ini. dan yang pasti buktinya berupa foto dari tulisan atas nama beberapa kelompok(liar) yang merasa sudah menaklukan, mungkin.



Lalu kalimat yang berbunyi "Dilarang mengambil sesuatu kecuali gambar", ini juga banyak dilanggar. bagi kelompok yang masih memiliki anggota yang gemar memetik bunga-bunga dari puncak atau di manapun tempat di gunung, kalau memang serius mau melebelkan Pecinta alam sebagai dasar kegiatan ya harusnya anggota yang melanggar perlu ditindak tegas!. kebiasaan buruk seperti ini sulit dihilangkan oleh para penggiat yang baru gede, masih pengen ambil ini itu. tapi akan lebih mudah diterapkan kalau dari kelompok tersebut membuat aturan tegas. Dari pengamatan yang di lakukan di gunung prau selama ini, masih banyak sekali anggota-anggota yang didapati membawa kenang-kenangan berupa tanaman atau sekedar bunga. memang di gunung prau ini  dikatakan sebagai surganya anggrek, surganya tanaman tropis, surganya...pokoknya macam macam tanaman ada di sini dan tergolong paling komplit di antara gunung lain di jawa tengah. Makanya tak jarang anak-anak baru gede atau bahkan yang udah gede kepengin membawa kenang-kenangan tersebut. Banyak yang mengatakan bahwa tindakan tersebut dilakukan karena yang bersangkutan tidak mempunyai kamera atau handphone yang ada kameranya, alias "miskin" kasian sekali ya.

Oke, mengkritik itu sangat mudah sekali dilakukan, makanya ayo berikan kritik pedas untuk mereka yang merusak Gunung Prau!

Ada baiknya jika kita sudah sering mendapatkan pemandangan indah, udara sejuk dan kedamaian dari gunung Prau, marilah lebih sering untuk menggeser pandangan kita tentang petualangan. Bukankah berpetualang yang bijak itu mudah?

Mari kita perhatikan hal-hal yang menjadi permasalahan di gunung prau, mulai dari pasca kebakaran tahun lalu, aktifitas pengambil arang kayu yang masih meraja lela, dan kebiasaan berburu yang membabi buta, ada lagi sekarang kegiatan TRABAS menggunakan motor yang menyisakan bekas roda di berbagai jalur dan tentu saja merusak karena untuk membuka jalur motor diperlukan pelebaran jalan. otomatis akan memangkas pohon-pohon yang menghalangi motor karena stang motor yang terlalu lebar maka membutuhkan jalan yang lebar juga kan? ini juga banyak buktinya.


Para penjaring burung yang suka memasang perangkapnya berupa jaring di lereng gunung, atau di tengah hutan bahkan juga di puncak, ini sepertinya jadi ancaman berat bagi kelestarian burung di gunung prau. sudah banyak ditemukan bukti tentang bekas aktifitas ini, dan orang yang melakukannya pun hanya itu-itu saja. sudah menjadi penghasilan pokok mereka, karena dari pengamatan, mereka berangkat pagi hari dan pulang sore hari, dan itu setiap hari. bayangkan berapa juta spesies burung liar yang terancam?


Ayolah, jangan cuma menjual apa yang ada di gunung, jangan cuma mempromosikan keindahanya, jangan cuma gencar mengajak rombongan! tapi perhatikan masalah-mnasalah klasik tersebut. Akan bertahan berapa lama keindahan gunung ini? Akan bertahan berapa tahun satwa yang terus di buru? akan cukupkah air yang sekarang kita nikmati sampai pada anak cucu kita?

Ada "pengelola"nya tapi nyatanya sama saja dengan para perusaknya.